Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita baru-baru ini mengungkapkan bahwa Indonesia mengalami penurunan nilai ekspor sepatu olahraga pada triwulan I 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meskipun nilai ekspor yang tercatat masih signifikan, yaitu sebesar 1,39 miliar dollar AS, penurunan sebesar 1,63 persen menunjukkan adanya tantangan yang perlu dihadapi oleh industri sepatu olahraga nasional.
Penyebab Penurunan Ekspor
Menurut Agus, lesunya pertumbuhan nilai ekspor ini disebabkan oleh melemahnya permintaan dari pasar utama, seperti Amerika Serikat dan Eropa. Pasar-pasar ini dikenal sebagai konsumen utama produk sepatu olahraga Indonesia. Penurunan permintaan di pasar-pasar ini menjadi sinyal peringatan bagi industri, yang selama ini bergantung pada ekspor untuk pertumbuhannya.
Meski begitu, Agus tetap optimis. Ia menyatakan bahwa Indonesia memiliki peluang untuk bersaing dengan negara lain, terutama dengan penerapan tarif resiprokal 19 persen oleh Amerika Serikat. Tarif ini dianggap cukup kompetitif dibandingkan dengan negara pesaing seperti Vietnam, yang dikenakan tarif 20 persen.
Optimisme untuk Pertumbuhan Ekspor
Agus Gumiwang menekankan bahwa optimisme untuk pertumbuhan kinerja ekspor dari industri sepatu olahraga nasional tidak hanya berdasarkan pada tarif, tetapi juga pada proyeksi pertumbuhan industri yang menjanjikan. Ia memperkirakan industri sepatu olahraga Indonesia akan tumbuh sebesar 13,1 persen dalam lima tahun ke depan, berdasarkan pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR). Dengan mengirimkan sekitar 450 juta pasang sepatu per tahun, Indonesia menempati posisi ketiga sebagai eksportir sepatu dunia.
Proyeksi nilai ekspor sepatu olahraga global yang mencapai 130 miliar dollar AS pada tahun 2027 menjadi kesempatan emas bagi industri lokal. Agus mendorong pelaku industri untuk memperluas pasar, termasuk menjajaki konsumen baru yang berada di Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan, terdapat juga peluang yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan pasar ekspor.
Kinerja Ekspor Alas Kaki Secara Umum
Sementara itu, data dari Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil menunjukkan bahwa ekspor alas kaki secara keseluruhan mencapai 1,89 juta dollar AS pada triwulan I 2025, meningkat 13,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Ini menjadi kabar baik bagi sektor industri alas kaki di Indonesia, yang semakin menunjukkan kinerja positif meskipun ada penurunan dalam segmen sepatu olahraga.
Agus Gumiwang mencatat bahwa Indonesia kini menjadi eksportir sepatu nomor enam di dunia dengan pangsa pasar sebesar 4 persen. Meskipun pencapaian ini patut diapresiasi, Agus mengungkapkan ketidakpuasan terhadap posisi tersebut. Ia menekankan pentingnya untuk memahami alasan di balik peringkat yang kurang memuaskan ini serta mempelajari negara-negara yang berada di atas Indonesia dalam hal ekspor sepatu.

Target Masa Depan: Peringkat Ketiga pada 2028
Dengan ambisi untuk meningkatkan posisi Indonesia di kancah global, Agus Gumiwang menargetkan agar negara ini dapat melesat ke peringkat ketiga pada tahun 2028 mendatang. Untuk mencapai target tersebut, diperlukan strategi yang matang dan pemahaman mendalam terhadap pasar serta pesaing. Agus berkomitmen untuk mempelajari negara-negara yang lebih besar dari Indonesia untuk menemukan cara-cara yang efektif dalam meningkatkan daya saing.
Kesimpulan
Meskipun menghadapi tantangan dalam penurunan nilai ekspor sepatu olahraga, optimisme tetap menjadi pendorong bagi industri ini. Dengan tarif yang kompetitif, proyeksi pertumbuhan yang menjanjikan, dan dorongan untuk memperluas pasar, Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan posisi dalam industri sepatu olahraga global. Kunci keberhasilan terletak pada kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan terus berinovasi dalam produk yang ditawarkan.
Dengan strategi yang tepat, tidak mustahil bagi Indonesia untuk mencapai target sebagai salah satu kekuatan utama dalam industri sepatu olahraga dunia di masa depan. Pencapaian ini tidak hanya akan meningkatkan perekonomian nasional tetapi juga menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan merangsang pertumbuhan industri kecil menengah di seluruh Indonesia.